Isu Ijazah Palsu Jokowi Kembali Muncul, Ade Armando: Bisa Jadi Ada Manuver Politik Terorganisir

AGARA NOW

- Redaksi

Senin, 22 September 2025 - 03:40 WIB

5079 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA — Polemik mengenai dugaan ijazah palsu milik mantan Presiden Joko Widodo kembali mencuat dan memantik perdebatan di ruang publik. Meskipun isu ini telah beberapa kali dibantah, narasi yang menuduh keabsahan ijazah sang mantan presiden terus bergulir dan mencuri perhatian warganet.

Menanggapi fenomena tersebut, politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Ade Armando, memaparkan sejumlah analisanya dalam program Bola Liar yang tayang di Kompas TV, Jumat (20/9/2025). Menurutnya, narasi ini perlu dilihat tidak sebagai isu tunggal, tetapi kemungkinan sebagai bagian dari manuver politik yang terorganisir.

“Saya mau bilang satu yang bisa disebut sebagai… yang banyak disebut sebagai kemungkinan di belakang ini semua, kalau betul ini semua adalah sesuatu yang saling berhubungan adalah, satu kemungkinan PDIP,” kata Ade.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia mengaitkan dugaan tersebut dengan ketegangan yang terjadi pasca pencalonan Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Jokowi, sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2024 lalu. Menurut Ade, pencalonan Gibran kala itu tidak hanya menciptakan jarak antara Jokowi dan PDI Perjuangan, tetapi juga menyisakan ketegangan politik yang belum sepenuhnya usai.

Ade mengaku, ia melihat ada semacam “dendam politik” dari pihak-pihak yang merasa dikhianati atau tersisih pasca Pilpres lalu. Meski begitu, ia mengakui bahwa dugaan tentang keterlibatan PDIP tetap perlu diuji dengan fakta yang kuat.

Selain PDI Perjuangan, pengamat komunikasi itu juga menyinggung sejumlah kelompok lain yang menurutnya memiliki motif politik dalam menyuarakan isu ijazah palsu tersebut. Ia menyebut kelompok 212, yang memiliki kaitan erat dengan lingkungan politik Anies Baswedan, serta kelompok yang diasosiasikan dengan Roy Suryo.

“Yang kedua, kelompok yang disebut sebagai kelompok 212, terkait sama Anies Baswedan. Ketiga adalah kelompoknya Roy Suryo, yang orang menyebut bahwa jangan-jangan di sini adalah Partai Demokrat,” ucapnya.

Tak hanya menunjuk aktor domestik, Ade juga menyoroti kemungkinan adanya pengaruh eksternal dalam penyebaran isu yang dianggap sensasional ini. Ia mengangkat spekulasi bahwa kekuatan dari luar negeri turut memainkan peranan.

“Disebut pula ada yang mengatakan bahwa di belakang ini ada sebuah kekuatan besar, misalnya Amerika Serikat,” lanjutnya.

Ade juga merujuk pada kelompok aktivisme global yang kerap dikenal dengan istilah Social Justice Warriors (SJW), yang menurutnya sering menyuarakan isu-isu demokrasi dan keadilan sosial dari perspektif yang kritis terhadap kekuasaan.

“Ini teman-teman… Anda pernah dengar istilah SJW, Social Justice Warriors, ini lagi bergerak untuk menunjukkan bahwa kami peduli pada demokrasi,” ujarnya.

Namun meski menyebut berbagai kemungkinan, Ade menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada bukti kuat yang bisa membuktikan bahwa ijazah milik Presiden Joko Widodo adalah palsu. Ia menyatakan, bila ada yang ingin menuduh, termasuk tokoh seperti Roy Suryo, harus berani mengajukan argumen disertai bukti yang sahih.

“Kalau Roy Suryo ingin mengatakan bahwa ijazah Jokowi itu palsu, kasih kami argumen, ya, bukti yang bisa dipakai untuk mengatakan bahwa ijazah Pak Jokowi palsu. Wong ijazah Pak Jokowi itu enggak pernah dinaiki, tidak pernah dipertunjukkan kok,” tegasnya.

Isu ini sempat mencuat dalam berbagai momentum politik masa lalu, namun tidak pernah berlanjut hingga proses hukum. Salah satu gugatan terkait keabsahan ijazah Presiden Jokowi juga pernah diajukan ke pengadilan, namun ditolak. Meski demikian, narasi ini terus berulang dan digunakan dalam berbagai perdebatan politik, terutama di media sosial.

Berita Terkait

Minta Dana PI Digunakan untuk Kebutuhan Warga Jakarta, Josephine Simanjuntak Tekankan Asas Transparansi dan Efektivitas: Mas Pram Harus Segera Bentuk BUMD Khusus Energi
PPWI Kecam Keras Pencabutan Izin Liputan Jurnalis CNN: Tanda-Tanda Kebangkitan Rezim Otoriter di Bawah Pemerintahan Prabowo
Relasi Aceh–Sumut Memanas, Presiden Prabowo Diharapkan Ambil Sikap atas Langkah Kontroversial Gubernur Sumut
Dari Pesisir ke Pusat Pemerintahan, Nelayan Desak Pemerintah Hapus PBB Laut
Komisi III DPR Desak Polisi Tindak Gubernur Sumut Terkait Razia Pelat Aceh
Demo Hari Tani Nasional Berjalan Lancar, Petani Tegaskan Tuntutan Reforma Agraria
Pembegalan Bersenjata Gegerkan Depan Pasar Aceh Lama, Pelaku Tinggalkan Samurai di Lokasi
Pasok BBM ke SPBU Swasta, Dirut Pertamina: Bukan Cari Untung, Ini Mandat Pemerintah

Berita Terkait

Rabu, 8 Oktober 2025 - 01:54 WIB

Bupati Aceh Tenggara Buka Sosialisasi Koperasi Merah Putih Syariah, Libatkan 1.040 Peserta

Senin, 6 Oktober 2025 - 04:49 WIB

93 Ribu Anak Yatim di Aceh Akan Terima Bantuan Pendidikan, Harapan Mulai Tumbuh

Senin, 6 Oktober 2025 - 04:28 WIB

Diduga Selewengkan Dana Desa Rp1 Miliar, Kepala Desa di Aceh Tenggara Dilaporkan Warga ke Kejaksaan

Senin, 6 Oktober 2025 - 04:26 WIB

Aceh Tenggara Krisis BBM, Warga Resah dan Antre Mengular di SPBU

Senin, 6 Oktober 2025 - 04:24 WIB

Pemain Sepak Bola Tarkam Tewas Dikeroyok, Keluarga Desak Tersangka Sipil Segera Ditahan

Senin, 6 Oktober 2025 - 04:20 WIB

Muslim Ayub Ajak Perangkat Kampung di Aceh Tenggara Dukung Pemerataan Pembangunan

Senin, 6 Oktober 2025 - 04:16 WIB

LSM Korek Kritik Dugaan Penyelewengan BBM di SPBU Lawe Desky Aceh Tenggara, Minta Regulasi Ditegakkan

Minggu, 5 Oktober 2025 - 20:41 WIB

Partai Aceh Konsolidasikan Kekuatan di Aceh Tenggara, Incar Satu Fraksi DPRK

Berita Terbaru