Jakarta, 31 Mei 2025 — Tokoh Koordinator Pejuang Kebangkitan Pergerakan ’98 yang dikenal kritis namun tetap berpijak pada nilai-nilai kebangsaan, Mahendra Uttunggadewa atau yang akrab disapa Kang Dandi, kembali menyuarakan seruan kebangkitan nasional. Dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang bertepatan dengan 27 tahun Reformasi dan menyongsong Bulan Kelahiran Pancasila 1 Juni 2025, ia mengajak generasi muda untuk tidak sekadar mengenang sejarah, tetapi juga mewujudkan cita-cita bangsa lewat keberanian berpikir merdeka dan bertindak nyata.
Lewat artikelnya yang berjudul “Dekolonisasi Epistemik dan Reaktualisasi Pancasila-Trisakti,” Kang Dandi menekankan bahwa kemerdekaan sejati tidak cukup hanya politik—Indonesia juga harus merdeka secara cara berpikir. Menurutnya, meski kita telah lepas dari kolonialisme fisik, dominasi pemikiran asing masih kuat membentuk arah pendidikan, kebijakan, bahkan budaya populer. “Kita perlu merumuskan cara berpikir yang lahir dari akar budaya dan realitas bangsa sendiri. Jangan terus-menerus terpaku pada standar Barat,” tegasnya.
Sebagai aktivis yang ikut menyuarakan reformasi di ujung rezim Orde Baru, Kang Dandi kini tetap konsisten berada di jalur perubahan. Ia tidak memosisikan diri sebagai oposan buta, namun justru mendorong pemerintah agar tetap berpijak pada amanat reformasi dan nilai-nilai Pancasila.
Salah satu gagasan kunci yang ia dorong adalah reaktualisasi Trisakti Bung Karno—konsep yang menekankan kemandirian dalam politik, ekonomi, dan budaya. Bagi Kang Dandi, Pancasila dan Trisakti bukan sekadar simbol ideologis, tapi harus menjadi pedoman kerja nyata dalam membangun Indonesia yang lebih adil, bermartabat, dan berdaulat. “Reformasi belum selesai. Ini bukan soal menjatuhkan atau mempertahankan kekuasaan, tapi memastikan arah pembangunan tetap dalam koridor keadilan sosial dan kemandirian bangsa,” ujarnya.
Ia juga menyoroti peran penting generasi muda dalam menjemput masa depan Indonesia. Bukan dengan sekadar menjadi penonton di media sosial, tapi dengan menjadi pelaku aktif perubahan sosial—baik lewat kreativitas, teknologi, ekonomi lokal, maupun advokasi kebijakan. “Bangkit itu bukan hanya soal semangat, tapi juga keberanian berpikir sendiri, mencintai produk dalam negeri, bangga berbahasa Indonesia, dan kritis terhadap ketimpangan sosial dengan cara kreatif dan solutif,” ucapnya penuh semangat.
Di akhir pesannya, Kang Dandi mengajak anak muda untuk menjadi generasi pelaku sejarah, bukan sekadar pewaris cerita. “Hari ini kita butuh pemuda yang tidak kehilangan arah. Mari kita jaga identitas bangsa, dan terus bergerak membangun negeri dengan semangat Pancasila-Trisakti.” (*)